Perjalanan Joged Bumbung Bali, dari Tradisi hingga Kontroversi

Joged Bumbung Bali - Penari Menarikan Tari Joged Bumbung Bali di Hadapan Penonton

INSERT BALI, Denpasar – Suatu sore di Buleleng ramai karena riuhnya musik. Terlihat seorang penari melenggang mengikuti irama alat musik bambu dan mengajak penonton untuk ikut larut dalam keseruan. Ya, demikianlah Joged Bumbung Bali.

Tarian ini mengusung tema pergaulan, namun bukan tanpa gejolak tersendiri. Dari tradisi “ngibing” yang menghibur sampai munculnya kontroversi, terdapat hal-hal lain dari seni ini yang mungkin belum kamu ketahui.

Asal-usul Tari Joged Bumbung

Joged Bumbung lahir dari kehidupan masyarakat pedesaan di Bali. Faktanya, kesenian ini sebenarnya merupakan bentuk hiburan sehari-hari para pejuang di masa lampau.

Usai berlelah-lelah seharian, sejumlah pejuang akan membunyikan rindik, alat musik tradisional berbahan bambu yang mengalunkan bunyi-bunyian merdu nan rancak. Sementara itu, yang lain maju untuk menari mengikuti alunan musik yang mengiringi.

Namun alih-alih sebagai tontonan belaka, tradisi ini ternyata juga mampu mempererat ikatan sosial. Permainan interaktif antara penari wanita dan pasangan pengibing yang terpilih adalah esensi tarian ini. Elemen antarpribadi tersebut turut menyemarakkan selebrasi jiwa kebersamaan di tengah-tengah masyarakat.

Dari segi musik, dari waktu ke waktu ada pergeseran pola iringan yang menemani Joged Bumbung. Joged Bumbung Bali terbaru berevolusi dari pola musik kekebyaran Bali ke pola gending jaipongan Jawa.[1] Kemungkinan besar ini merupakan upaya untuk mengemas Joged Bumbung agar lebih atraktif dan variatif.

Dipentaskan dalam berbagai kesempatan, seperti pernikahan, selamatan hasil panen, dan hari raya besar, Joged Bumbung Bali adalah denyut kehidupan masyarakat Pulau Dewata.

Mengenal Anatomi Tari Joged Bumbung

Joged Bumbung jelas tidak bisa kamu nikmati sambil duduk dan mengamati saja. Pasalnya, pertunjukan ini sungguh memanjakan seluruh pancaindra.

Pertama, tarian ini dicirikan oleh gerakan-gerakan gemulai dan ringan. Penari wanita menggoyangkan pinggul serta menirukan sikap tubuh sehari-hari, seperti melambai ataupun memberi isyarat.

Kemudian, busana sang penari pun kian menyempurnakan pesona yang ditampilkan. Penari akan berkostum tradisional Bali. Termasuk di dalamnya perada berkilauan, kebaya warna-warni, hiasan kepala berupa gelungan yang megah, dan selendang panjang menjuntai.

Terakhir, alunan musiknya juga menciptakan keunikan tersendiri bagi Joged Bumbung dari tarian-tarian lainnya. Rindik memainkan peran penting dalam menghadirkan melodi ceria dan berirama. Suara khas ini melebur apik dengan improvisasi penari yang penuh canda.

Selain itu, serangkaian lagu-lagu daerah, nada-nada Gong Kebyar, dan irama Gegandrangan juga dibawakan dalam persembahan ini.

Hiburan Joged Bumbung Bali, dari Tradisi sampai Jadi Sensasi

Sayangnya, Joged Bumbung tidak luput dari kontroversi. Dengan berjalannya waktu, beberapa penampilan justru menyimpang dari pakem tradisionalnya yang kemudian berbuntut kecaman lantaran perilaku yang tidak semestinya.

Di beberapa kejadian, penampil dan penonton mengabaikan etika-etika kesopanan. Misalnya, penari mempertontonkan tindakan kurang menyenangkan dengan menduduki pengibing-nya.[2] Sebaliknya, ada juga kasus-kasus di mana partisipan pria kelewat batas dengan melanggar privasi sang penari.[3]

Insiden-insiden semacam ini tak ayal memantik keprihatinan di kalangan masyarakat. Banyak orang yang melihatnya sangat menyayangkan peristiwa tersebut karena dianggap mengkhianati nilai-nilai luhur Joged Bumbung.

Mengatasi situasi ini, pemerintah dan organisasi daerah ikut turun tangan. Program-program edukasi pun dicanangkan dalam rangka meluruskan kembali Joged Bumbung dengan identitasnya yang adiluhung.

Inisiatif ini bermaksud untuk menyadarkan pelaku dan penikmat seni akan tanggung jawab moral bersama dalam menjunjung tinggi integritas tradisi ini. Oleh karena itu, melestarikan eksistensi tarian ini berarti menghargai asal-usulnya sekaligus juga menerima segala evolusinya.

Jika berkunjung ke Pulau Dewata, jangan sampai melewatkan momen untuk turut berpartisipasi dalam Joged Bumbung Bali secara langsung. Lebih baik lagi, buat perjalanan lebih berkesan dengan paket wisata half day Nusa Penida Barat. Reservasi sekarang dan selami keragaman budaya Bali yang tiada duanya!

Shares: