INSERT BALI, Denpasar – Di bawah pendar emas lentera pura, sosok misterius menampakkan diri: makhluk setengah singa, setengah naga. Itulah Barong, roh pelindung mitologi Bali. Seiring irama gamelan yang mendayu-dayu, Tari Barong Bali menguak kisah pergulatan epik, kebaikan melawan kejahatan. Barong melawan Rangda.
Tapi ternyata Tari Barong Bali bukan sekadar atraksi. Nyatanya, tarian ini jadi jendela menuju jiwa kultur Pulau Dewata. Namun, mengapa tradisi yang sudah mengakar selama berabad-abad ini masih beresonansi hingga kini, tak hanya untuk masyarakat Bali, tapi juga pengunjung yang terpesona olehnya?
Untuk memahaminya, yuk, selami filosofi dari Barong itu sendiri!
Filosofi Tari Barong Bali, Perlambang Keseimbangan
Hakikatnya, Tari Barong adalah manifestasi konkret dari “Rwa Bhineda”, filosofi dualitas masyarakat Bali. Barong sang roh pelindung, sebaliknya Rangda adalah ratu iblis. Bersama-sama, keduanya merepresentasikan dua kutub bertolak belakang yang tak terpisahkan. Baik dan buruk. Terang dan gelap.
Laga Barong dan Rangda yang tiada berkesudahan sebenarnya tak melulu soal menang atau kalah, melainkan soal keseimbangan. Ini mengingatkan kita tentang kerukunan yang lahir dari penerimaan akan kontradiksi hidup.
Di Balik Tata Busana Tari Barong Bali
Sementara itu, pembuatan kostum Barong amat kental unsur simbolis. Topeng, atau tapel, dipahat dari kayu pule dan dipoles dengan warna-warna mencolok. Ini mencerminkan karakter penjagaan Barong. Di sisi lain, surainya (bulu barong) terbuat dari bulu kuda berwarna hitam dan putih.
Kemudian, badannya diselimuti kain prada, kain bertabur motif daun emas yang melambangkan kekuatan ilahi. Setiap ornamennya, dari ujung kepala hingga ujung kaki, dikerjakan dengan saksama. Dengan begitu, Barong pun menjelma sebagai ikon sakral dan vital bagi budaya Bali.
Atraksi Tari Barong Bali, Lebih dari Hiburan Semata
Tarian Barong sangat erat kaitannya dengan nilai-nilai spiritual masyarakat Bali. Dibawakan saat upacara seperti Odalan, tarian ini diyakini mendatangkan berkah agung dan mengembalikan keseimbangan jagat raya.
Misalnya, sebelum tarian mulai, persembahan sesajen berisi bunga dan dupa ditaruh di dekat tapel dalam rangka pengudusan. Bedanya dengan pertunjukan bagi wisatawan, tarian untuk upacara bisa berlangsung hingga berjam-jam.
Sementara itu, pemangku agama bertugas memimpin ritual untuk menanamkan energi suci pada Barong.
Dalam Peranan Musik dan Mitologi
Irama mendayu-dayu itulah yang mampu menghidupkan tarian Barong. Alat musik seperti kendang dan gong berperan mengawal jalannya cerita.
Selain itu, instrumen-instrumen ini juga menumbuhkan ketegangan tatkala Barong beradu dengan Rangda. Masing-masing nada menandakan drama yang terjadi dan memandu penari untuk beraksi.
Di sisi lain, mitos yang diangkat di antaranya adalah perang ikonik Airlangga, keturunan raja Bali, melawan ilmu jahat Rangda. Kisah-kisah ini bersumber dari mitologi Hindu, yang juga merupakan cerminan pergulatan abadi antara kesemrawutan dan keharmonisan hidup.
Dampak Mendunia dan Kerancuan Tafsir
Adalah fakta jika tari Barong memiliki daya tarik tersendiri bagi para penikmatnya di seluruh dunia, dan disebut-sebut sebagai pagelaran seni yang eksotis. Sayangnya, masih banyak yang luput memahami konteks spiritualnya.
Sebagian turis mungkin menganggap tarian ini semata-mata hanya sebagai hiburan, tanpa tahu kalau ini sebenarnya ritual sakral. Sebagai contoh, penggambaran kekejaman Rangda bukan bertujuan untuk menakut-nakuti, melainkan menyimbolkan perlunya kekacauan sebelum tercapainya kedamaian.
Singkatnya, Tari Barong Bali adalah warisan budaya adiluhung dalam kaitannya dengan Sang Pencipta. Agar betul-betul memahami pesonanya, kamu wajib menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Jika ingin lebih dekat dengan tradisi ini, pesan tur half day Nusa Penida Barat dan segera mulai petualanganmu!