Bali dan Korea Selatan Jalin Kerja Sama Strategis Kembangkan Kawasan Industri E-Mobility Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan

DENPASAR – Pemerintah Provinsi Bali resmi menjalin kerja sama strategis dengan Korea Selatan dalam pengembangan kawasan industri kendaraan listrik (e-mobility). Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dilangsungkan pada Rabu, 25 Juni 2025 di Wiswa Sabha Uttama, Kantor Gubernur Bali. Sebagai bagian dari upaya mempercepat transisi menuju energi bersih dan pencapaian Net Zero Emission (NZE) 2045.

MoU ini menandai babak baru diplomasi ekonomi dan teknologi antara dua wilayah yang berkomitmen kuat terhadap industri otomotif berkelanjutan.

Komitmen Bali Menuju NZE 2045 Lebih Cepat dari Target Nasional

Mewakili Gubernur Bali Wayan Koster, Kepala Dinas Perhubungan Bali, IGW Samsi Gunarta, menyampaikan bahwa kerja sama ini memperkuat fondasi yang telah diletakkan sejak tahun 2019 melalui Peraturan Gubernur Bali No. 48 Tahun 2019 tentang penggunaan kendaraan listrik berbasis baterai.

“Pergub ini menjadi kebijakan strategis dalam mendorong penggunaan kendaraan listrik di sektor publik dan swasta, termasuk pengembangan infrastruktur SPLU di seluruh Bali,” jelas Samsi.

Ia juga menekankan bahwa Bali menargetkan pencapaian NZE lebih cepat—tahun 2045—dibanding target nasional pada 2060.

Korea Selatan: Indonesia Mitra Strategis Industri Hijau

Dari pihak Korea Selatan, hadir Jang Se Il, Walikota Yeonggwang-gun, yang menyambut baik inisiatif Bali dan menyatakan optimisme terhadap kolaborasi ini.

“Indonesia memiliki posisi geografis dan sumber daya strategis untuk menjadi pemain utama industri ramah lingkungan. Kami siap bekerja sama untuk kesejahteraan bersama,” ujar Jang.

Sementara itu, Kim Byeong Seong, Kepala Divisi Pertumbuhan Industri Provinsi Jeollanam-do, menegaskan bahwa pengembangan e-mobility merupakan prioritas bersama kedua negara.

“Kerja sama ini adalah langkah awal untuk pertukaran teknologi, pelatihan tenaga kerja, dan pengembangan sistem transportasi rendah emisi,” katanya.

Industri Motor Listrik Indonesia Tumbuh, Bali Jadi Contoh Progresif

Ketua Asosiasi Sepeda Motor Listrik Indonesia (ASMOLI), Budi Setyadi, menyampaikan bahwa saat ini terdapat 65 perusahaan dan 35 pabrik motor listrik yang tergabung di ASMOLI. beberapa di antaranya merupakan mitra Korea.

Ia juga menyoroti pentingnya kebijakan subsidi kendaraan listrik.

“Kami harap subsidi motor listrik sebesar Rp7 juta tetap berlanjut di tahun 2025 sebagaimana tertuang dalam Perpres No. 55 Tahun 2019. Bali termasuk yang paling progresif, dan kami dorong adanya transfer teknologi ke tenaga kerja lokal,” ujar Budi.

Langkah Konkret: Kawasan Industri E-Mobility dan Pelatihan SDM Lokal

Penandatanganan MoU ini bukan sekadar seremoni, tetapi akan ditindaklanjuti dengan proyek nyata seperti:

  • Pembangunan kawasan industri e-mobility di Bali

  • Transfer teknologi dan pelatihan SDM lokal

  • Integrasi kendaraan listrik dalam sistem transportasi publik Bali

  • Produksi dan perakitan sepeda motor listrik dengan teknologi Korea

Kerja sama ini memperkuat posisi Bali sebagai provinsi terdepan dalam adopsi kendaraan listrik di Indonesia, serta sebagai model implementasi ekonomi hijau dan industri rendah emisi di kawasan Asia.

Menuju Bali sebagai Pusat Industri Hijau Asia Tenggara

Kolaborasi Bali dan Korea Selatan menunjukkan bahwa masa depan kendaraan listrik dan ekosistem energi bersih tidak hanya dibangun oleh negara, tetapi juga lewat sinergi antarprovinsi dan pelaku industri lintas negara. Diharapkan, kerja sama ini mampu mempercepat pengembangan transportasi berkelanjutan sekaligus membuka lapangan kerja hijau di tingkat lokal.

Menpar Widiyanti: KEK Kesehatan Sanur Bali Jadi Primadona Baru Wisata Medis Internasional

Shares: