Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno mengingatkan pentingnya mengontrol waktu anak dalam menggunakan gawai, khususnya terhadap kebiasaan mindless scrolling atau menggulir layar tanpa tujuan yang jelas. Menurutnya, kebiasaan ini dapat membentuk pola pikir yang dangkal dan instan sejak usia dini.
“Kita harus hati-hati dengan scrolling. Sekarang ini gadget cepat sekali di-scroll, dan itu membentuk tradisi berpikir yang sangat pendek,” ujar Pratikno saat konferensi pers di Kantor Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Selasa (17/6/2025).
Mindless Scrolling dan Dampaknya terhadap Anak
Pratikno menjelaskan bahwa scrolling adalah aktivitas menggulir layar untuk melihat informasi baru. Namun, jika dilakukan terus-menerus tanpa arah, hal ini berubah menjadi mindless scrolling. Anak-anak yang terbiasa melakukan hal ini akan terbentuk menjadi individu yang mengambil keputusan secara cepat, namun minim pemikiran mendalam.
“Karena mengambil putusan dalam durasi kurang dari 20 detik menjadi terbiasa mindless. Nah ini kan berbahaya,” tambahnya.
Kebiasaan ini, menurut Pratikno, tidak hanya mengganggu fokus dan konsentrasi, tetapi juga menghambat tumbuhnya kemampuan berpikir kritis (deep thinking) yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar dan kehidupan sehari-hari.
Solusi: Kurangi Screen Time, Tingkatkan Eksplorasi Nyata
Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) ini membagikan pengalamannya dalam membatasi screen time untuk anak-anak dalam keluarganya. Ia menyarankan agar orang tua secara bertahap (gradual) membatasi akses anak terhadap layar gawai dan menggantinya dengan informasi eksklusif dari interaksi nyata di lingkungan sekitar.
“Memberi informasi langsung kepada anak tentang lingkungan dan makhluk hidup di sekitar jauh lebih baik daripada informasi dari layar. Itu bisa merangsang rasa ingin tahu dan pemikiran mendalam mereka,” jelasnya.
Pentingnya Literasi Digital dan Verifikasi Informasi
Lebih lanjut, Pratikno menekankan bahwa anak-anak dan masyarakat pada umumnya perlu dibiasakan dengan literasi digital yang sehat. Termasuk membiasakan diri untuk memverifikasi informasi sebelum mempercayai. Ini menjadi langkah awal dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara digital, tetapi juga bijak dan kritis dalam berpikir.
Kresna Budi Soroti Pentingnya Aspirasi Rakyat dalam Kebijakan Kesra saat Terima DPRD Kalsel di Bali