Akademisi Farmasi Unud Respon Positif Peringatan Hari Arak Bali Sebagai Upaya Hidupkan Kembali Warisan dan Tradisi Bali

Prof I Made Agus Gelgel Wirasuta

Denpasar – Menanggapi pro dan kontra tercetusnya Hari Arak bali, Ahli Farmasi Universitas Udayana, Prof. I Made Agus Gelgel Wirasuta, mengungkapkan bahwa Hari Arak Bali yang diperingati setiap setahun sekali pada tanggal 29 Januari di Provinsi Bali adalah gagasan yang tepat dari Gubernur Bali, Wayan Koster. “ Kita melihat Arak Bali sebagai warisan budaya Bali dengan memiliki kemahiran kerajinan tradisional. Arak Bali terus dilibatkan dalam kegiatan budaya, seperti dimanfaatkan sebagai sarana upakara atau dipersembahkan sebagai tetabuhan untuk Bhuta Kala,” kata Prof Gelgel di Denpasar Senin ( 23/1). “Jadi, Hari Arak Bali ini merupakan langkah untuk memperingati kembali bagaimana leluhur Bali telah membangun tradisi budaya yang kini menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia,” kata Prof. Gelgel.

Untuk itu, Guru Besar Farmasi Unud ini menegaskan Hari Arak Bali jangan diplesetkan sebagai peringatan hari mabuk-mabukan namun Arak Bali dilaksanakan untuk memperingati warisan leluhur Bali. Lebih lanjut, dijelaskannya pula Arak Bali bisa menjadi Dewa Ye, Bhuta Ye, yang artinya bahwa Arak akan bersifat sebagai Dewa ketika Arak Bali ini dipakai pada dosis yang benar, begitu juga ketika minuman ini dikonsumsi secara berlebihan maka akan menjadi Bhuta. “Kalau kita memanfaatkan Arak Bali pada takaran yang tepat akan memberikan manfaat positif. Nah sekarang yang salah siapa, Arak-nya yang salah atau yang menafsirkan Arak dengan berlebihan ini yang salah. Untuk itu, Saya mengajak semua masyarakat untuk memanfaatkan Arak Bali dengan takaran yang tepat, dan jangan salahkan ciptaan Tuhan yang diwujudkan berupa Arak ini,” tegas Prof. Gelgel.

Sehingga, diteruskan Prof Gelgel suara -suara kontra pada peringatan Hari Arak Bali adalah bentuk kehidupan yang Rwa Bhinneda (dua sifat berbeda sebagai spirit harmoni dalam kehidupan di alam, red). Namun demikian ditekankan pula bahwa peringatan Hari Arak Bali harus dimaknai sebagai bentuk rasa syukur sebagai krama Bali karena Arak Bali memberikan banyak manfaat, selain untuk sarana upakara keagamaan, manfaat ekonomi, juga bisa untuk memberi manfaat kesehatan sesuai ajaran leluhur. “Oleh karena itu, tujuan Gubernur Bali, Bapak Wayan Koster menggelar peringatan Hari Arak Bali untuk menghidupkan kembali tradisi budaya Bali, karena warisan budaya ini memiliki khasiat dan nilai ekonomi yang tinggi,” tegasnya. 

Minuman Arak Bali menurut Prof Gelgel,  adalah minuman warisan leluhur yang dihasilkan melalui kemahiran kerajinan tradisional dengan menghasilkan cita rasa yang enak bersumber dari alam (pohon kelapa, pohon enau, dan pohon ental, red). Untuk menghasilkan arak, minuman ini dimatangkan melalui cara destilasi sebanyak dua kali. 

Penetapan tanggal 29 Januari di Bali sebagai Hari Arak Bali yang digagas oleh Gubernur Bali, Wayan Koster melalui Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 929/03-I/HK/2022 sendiri mendapatkan respon positif dari Akademisi, PHDI, hingga Yowana. Karena peringatan Hari Arak Bali memiliki manfaat positif, yakni untuk menghidupkan kembali tradisi budaya Bali yang diwariskan oleh leluhur. 

Shares: