San Francisco – Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg, membantah laporan yang menyebutkan bahwa pihaknya telah menawarkan kompensasi fantastis hingga $300 juta kepada sejumlah staf OpenAI demi memperkuat tim kecerdasan buatan (AI).
Laporan dari media teknologi Wired sebelumnya menyebutkan bahwa Meta memberikan tawaran saham senilai $100 juta yang akan cair dalam satu tahun pertama, dan mencapai total hingga $300 juta selama empat tahun kepada setidaknya 10 peneliti AI dari OpenAI.
Namun, Meta melalui juru bicaranya, Andy Stone, membantah laporan tersebut, menyebutnya sebagai klaim yang “dilebih-lebihkan.” Ia menambahkan bahwa paket kompensasi yang disebutkan bahkan melampaui gaji CEO ternama seperti Satya Nadella (Microsoft) yang menerima $79,1 juta, dan Dara Khosrowshahi (Uber) dengan gaji $39,4 juta.
“Pernyataan tersebut tidak benar — struktur dan jumlah kompensasinya telah disalahartikan,” ujar Stone Rabu (2/7). “Beberapa orang memilih untuk melebih-lebihkan demi kepentingan tertentu.”
Meta Rekrut Delapan Eks Peneliti OpenAI
Terlepas dari bantahan tersebut, laporan menyebutkan bahwa Meta telah merekrut setidaknya delapan peneliti AI dari OpenAI dalam beberapa minggu terakhir. Mereka termasuk nama-nama besar seperti:
Shengjia Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi, dan Hongyu Ren, yang kini bergabung dalam unit baru Meta bernama Superintelligence Labs (MSL), dipimpin oleh Alexandr Wang, mantan CEO Scale AI.
Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai, yang sebelumnya bekerja di kantor OpenAI di Zurich.
Trapit Bansal, yang bergabung lebih awal pada Juni lalu.
Sam Altman Tanggapi Keras Langkah Meta
CEO OpenAI, Sam Altman, menanggapi keras aksi agresif Meta dalam merekrut stafnya. Dalam pesan Slack internal yang dikutip Wired, Altman menyebut pendekatan Meta sebagai “tidak etis” dan menegaskan bahwa sebagian besar talenta terbaik OpenAI tetap bertahan.
“Meta memang berhasil merekrut beberapa orang hebat, tetapi tidak mendapatkan yang terbaik. Mereka bahkan harus turun jauh dalam daftar target,” tulis Altman.
Ia juga menekankan bahwa budaya dan misi OpenAI akan menjadi faktor pembeda penting dibanding pendekatan Meta yang lebih bersifat komersial.
Balasan OpenAI: Tingkatkan Kompensasi dan Retensi Talenta
Mark Chen, Kepala Riset OpenAI, juga mengirimkan memo internal usai empat peneliti senior hengkang ke Meta. Dalam memo tersebut, ia menyampaikan bahwa perusahaan sedang meningkatkan strategi kompensasi dan penghargaan bagi talenta utama.
“Saya merasa seolah rumah kita dibobol dan sesuatu dicuri,” tulis Chen. “Kami tidak tinggal diam. Kami sedang merekalibrasi kompensasi dan mencari cara kreatif untuk mempertahankan talenta.”
Altman juga menyebut bahwa potensi keuntungan dari saham OpenAI jauh lebih besar daripada saham Meta dalam jangka panjang.
Meta Luncurkan Superintelligence Labs dan Gandeng Tokoh AI
Sebagai bagian dari strategi agresifnya di bidang AI, Meta resmi meluncurkan Meta Superintelligence Labs (MSL). Unit baru yang fokus membangun sistem AI dengan kemampuan penalaran setara atau melebihi manusia.
Dalam pergerakan besar ini, Meta juga:
Menginvestasikan $14,3 miliar di Scale AI dengan mengambil 49% saham.
Mengangkat Alexandr Wang sebagai Chief AI Officer Meta.
Menunjuk Nat Friedman (eks CEO GitHub) sebagai pemimpin produk AI.
Penutup: Perebutan Talenta AI Meningkatkan Ketegangan Silicon Valley
Persaingan antara Meta dan OpenAI dalam merekrut talenta terbaik di bidang kecerdasan buatan menandai babak baru dalam perlombaan teknologi AI global. Dengan nilai investasi yang sangat besar, budaya kerja yang berbeda, dan strategi rekrutmen yang agresif, kedua raksasa teknologi ini terus bertarung untuk mendominasi masa depan AI generatif dan superintelligence.
Gubernur Koster Saksikan Parade Gong Kebyar Wanita PKB 2025, Dukung Semangat Seni Generasi Muda Bali