DENPASAR – Gubernur Bali, Wayan Koster, kembali menegaskan komitmennya terhadap penanganan sampah berbasis sumber dalam Rapat Evaluasi Tim Kerja Percepatan Pelaksanaan Pembatasan Plastik Sekali Pakai dan Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber di Jayasabha, Denpasar, Rabu (3/9).
Dalam arahannya, Gubernur Koster menekankan pentingnya penguatan kolaborasi enam sektor pengelola sampah, yang menjadi ujung tombak dalam mewujudkan Bali bersih dan lestari. Enam sektor tersebut meliputi:
Kantor lembaga pemerintah dan swasta,
Desa, kelurahan, dan desa adat,
Pelaku usaha (hotel, restoran, pusat perbelanjaan, kafe),
Lembaga pendidikan dan pelatihan,
Pasar (PD Pasar dan pasar desa/desa adat),
Tempat ibadah.
“Banyak kendala di lapangan, tapi kita tidak boleh bosan, tidak boleh capek, apalagi berhenti. Kita harus terus bergerak,” tegas Gubernur Bali Wayan Koster.
Desaku Bersih, Bali Bersih: Kunci Sukses di Level Desa
Dalam strategi baru ini, pengelolaan sampah berbasis sumber menjadi fokus utama Gubernur Koster. Ia menyampaikan bahwa apabila desa bersih, maka Bali akan bersih. Oleh karena itu, peran kepala desa, lurah, dan bendesa adat sangat vital.
“Sampah organik selesai di sumber, anorganik dipilah dan dikelola di desa. Maka sampah yang sampai ke TPA akan berkurang signifikan, dan TPA Suwung harus dihentikan operasinya paling lambat Desember 2025,” tegasnya.
Selain itu, Program Gotong Royong Bali Bersih Sampah akan dilaksanakan secara rutin di desa, sekolah, dan desa adat, sebagai bentuk edukasi dan partisipasi publik.
Pola Lama Ditinggalkan, Teba Modern Jadi Solusi
Ibu Putri Koster, selaku Duta Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber (PSBS) PADAS, menyampaikan bahwa sistem lama “kumpul, angkut, buang” sudah tidak relevan. Kini, Bali menerapkan pola baru pengelolaan sampah:
Sampah organik basah → diolah menggunakan komposter,
Organik kering → dikelola di Teba Modern,
Anorganik → dipilah dengan prinsip 3R di TPS3R,
Residu → diarahkan ke TPST.
“Ketika sampah organik dikelola di sumbernya, volume sampah berkurang hingga 65%. Sisanya dapat ditangani di tingkat desa. Inilah langkah konkret menuju Bali yang bersih dan lestari,” ujar Ibu Putri Koster.
Hingga Agustus 2025, PSBS telah menjangkau 26 dari 57 kecamatan di Bali (45,61%), dengan total peserta 2.098 orang. Beberapa kabupaten dengan peserta terbanyak adalah:
Kintamani (220 orang),
Gianyar (120),
Mengwi (120),
Payangan (116),
Susut (114),
Abiansemal (108),
Tegalalang (106).
Capaian Signifikan: 40.569 Teba Modern Beroperasi
Sebanyak 42.341 kepala keluarga di Bali telah mengelola sampah rumah tangga secara mandiri, menggunakan metode seperti:
Teba Modern,
Komposter,
Biopori,
Eco enzym,
Maggot farming.
Saat ini, telah dibangun 40.569 unit Teba Modern dengan kapasitas total 23.849 ton, menandai perubahan besar dalam tata kelola sampah rumah tangga di Bali.
Bali Menuju Pulau Tanpa Ketergantungan TPA
Melalui kolaborasi lintas sektor—pemerintah, desa adat, dunia usaha, sekolah, dan masyarakat—gerakan Bali Bersih Sampah diyakini akan tumbuh menjadi gerakan kolektif yang kuat. Dengan pengelolaan sampah berbasis sumber, Bali bergerak menuju pulau bersih, hijau, dan lestari, tanpa lagi mengandalkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebagai solusi utama.
“Gerakan ini bukan hanya kebijakan, tapi gerakan moral untuk masa depan Bali,” pungkas Gubernur Wayan Koster.