Silaknas ICMI 2025 Dibuka di Bali, Sekda Dewa Indra Soroti Harmoni sebagai Fondasi Bangsa

BADUNG — Pembukaan Silaturahmi Kerja Nasional (Silaknas) Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) 2025 resmi digelar di Four Points, Jimbaran, Jumat (5/12) petang. Kegiatan tahunan yang mempertemukan para cendekiawan dari berbagai daerah ini dihadiri sejumlah tokoh nasional. Termasuk Ketua ICMI yang juga Kepala BRIN RI, Prof. Arief Satria.

Turut hadir pula jajaran Dewan Penasehat dan Dewan Pakar ICMI. Antara lain Prof. Jimly Asshiddiqie, Prof. Fadel Muhammad, Prof. Din Syamsuddin, serta Prof. Ilham Habibie. Kehadiran para tokoh tersebut menjadikan Silaknas tahun ini kaya perspektif dan sarat gagasan strategis bagi masa depan bangsa.

Bali sebagai Ruang Harmoni dan Dialog Nasional

Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra, yang hadir mewakili Gubernur Bali, Wayan Koster, menyampaikan apresiasi atas dipilihnya Bali sebagai tuan rumah penyelenggaraan Silaknas ICMI 2025. Ia menegaskan bahwa Bali selalu menjadi ruang dialog, harmoni, dan kontemplasi yang kondusif bagi pertemuan nasional.

“Semoga ICMI terus memberikan kontribusi bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara. Bali merasa terhormat menjadi tuan rumah Silaknas ini. Bali adalah ruang dialog, harmoni, dan kontemplasi—sangat tepat untuk pertemuan ilmiah berskala nasional,” ujarnya.

Dewa Indra berharap berbagai agenda diskusi dapat memberikan nilai tambah bagi peserta Silaknas. Ia juga mengundang seluruh tamu untuk menikmati kekayaan budaya dan destinasi wisata Bali, seraya menegaskan komitmen penuh Pemerintah Provinsi Bali dalam mendukung terselenggaranya kegiatan nasional ini.

ICMI dan Penguatan SDM di Tengah Perubahan Zaman

Dalam sambutannya, Prof. Arief Satria menegaskan kembali posisi ICMI sebagai organisasi cendekiawan yang berperan penting dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) Indonesia.

“Harapannya, ICMI terus membawa manfaat bagi nusa dan bangsa. Silaknas adalah agenda rutin setiap Desember untuk memperkuat peran organisasi dalam menjawab perubahan zaman,” katanya.

Ia menekankan tiga prinsip utama yang menjadi fondasi gerak organisasi: keislaman, kenegaraan, dan kecendekiawanan. Ketiga nilai tersebut diharapkan menjadi landasan dalam merespons dinamika sosial, teknologi, dan pendidikan.

Transformasi Literasi, Pendidikan, dan Teknologi

Prof. Arief menyoroti pentingnya peningkatan literasi masyarakat, transformasi pendidikan, serta penguatan pendidikan anak usia dini sebagai fondasi pembentukan karakter, life skill, dan soft skill generasi mendatang.

Menurutnya, perubahan global yang sangat cepat menuntut ICMI untuk aktif mempelajari fenomena baru, termasuk inovasi dan perkembangan kecerdasan buatan (AI). “Inovasi kini merupakan keniscayaan yang harus dikembangkan semua pihak,” tegasnya.

Libatkan 9 Instansi, DBFW Sesi 2 Hari ke-5 Hadirkan 80 Wastra Karya Desainer Lokal Bali

Shares: