Google Wajib Berbagi Data Pencarian, Peluang Baru untuk Startup AI Penantang Raksasa Teknologi

SAN FRANCISCO – Keputusan bersejarah dari Hakim Distrik AS Amit Mehta pada Selasa (3/9) mewajibkan Google, anak usaha Alphabet Inc (GOOGL.O), untuk berbagi data pencarian miliknya kepada para pesaing. Putusan ini menjadi angin segar bagi perusahaan-perusahaan kecerdasan buatan (AI) yang sedang naik daun.  Dan berambisi menantang dominasi Google di sektor pencarian internet.

Meskipun Google berhasil menghindari sanksi berat seperti pemisahan Chrome dan Android. Kewajiban membagikan data ini membuka peluang besar bagi pengembang AI generatif seperti ChatGPT, Perplexity, dan Claude untuk membangun alternatif pencarian berbasis AI yang lebih canggih.

“Munculnya GenAI (Generative AI) telah mengubah arah kasus ini,” tulis Hakim Mehta dalam putusannya.

Startup AI Dapat Akses Data Pencarian Google, Tapi Perlu Modal Besar

Hakim Mehta menyatakan bahwa jutaan pengguna kini beralih ke chatbot AI seperti ChatGPT untuk mencari informasi yang sebelumnya dicari melalui Google Search. Meski teknologi ini belum menggantikan fungsi pencarian tradisional sepenuhnya. Pengembang terus menambahkan fitur agar chatbot AI dapat bekerja layaknya mesin pencari.

Namun, para ahli menilai bahwa menyamai dominasi Google tetap akan membutuhkan waktu dan sumber daya besar. Tanpa jaminan bahwa produk baru akan mendapat basis pengguna yang signifikan.

“Membangun pengalaman pencarian yang bersaing dengan Google sangat mahal dan kompleks,” kata Ben Bajarin, CEO Creative Strategies.

Meskipun Wajib Berbagi Data, Google Tetap Bisa Bayar untuk Jadi Default

Kewajiban berbagi data oencarian tidak mengubah strategi distribusi Google yang saat ini masih membayar perusahaan lain, seperti Apple (AAPL.O), agar menjadikan Google sebagai mesin pencari default di perangkat mereka. Namun, keputusan ini menurunkan hambatan bagi startup atau perusahaan AI lain untuk mengembangkan mesin pencari sendiri yang lebih kompetitif.

“Akses terhadap data ini adalah langkah awal, tapi membangun ekosistem dan pengalaman pengguna sekelas Google butuh proses panjang,” ujar Deepak Mathivanan, analis di Cantor Fitzgerald.

Perusahaan AI Siap Tantang Google dengan Produk Baru

Beberapa startup AI telah menunjukkan kesiapan mereka untuk memanfaatkan momentum ini:

  • OpenAI tengah mengembangkan browser berbasis AI untuk menyaingi Chrome.

  • Perplexity, startup yang didukung Nvidia (NVDA.O), telah meluncurkan mesin pencari dan browser AI sendiri. Serta sedang bernegosiasi dengan produsen smartphone untuk preload browser mereka di perangkat baru.

Meski Google kini menghadapi tekanan dari startup AI, perusahaan juga terus berinovasi dengan fitur seperti AI Overviews dan AI Mode untuk mempertahankan pengguna.

Pesaing Potensial: Microsoft dan Apple Bisa Masuk Lagi ke Arena Pencarian

Dalam persidangan sebelumnya, CEO Google Sundar Pichai menyampaikan kekhawatiran bahwa pembagian data dapat memungkinkan pesaing membongkar teknologi milik Google.

Menurut para ahli, perusahaan besar seperti Microsoft (MSFT.O) dan Apple bisa saja kembali meramaikan pasar pencarian:

  • Microsoft mungkin akan mendorong kembali Bing agar lebih kompetitif.

  • Apple, yang selama ini dianggap tertinggal dalam pengembangan AI, dapat saja meluncurkan mesin pencari baru untuk memperkuat ekosistemnya.

Hakim: Saat Ini Waktu yang Tepat untuk Kompetisi di Sektor Pencarian

Hakim Mehta menyatakan bahwa Google masih diperbolehkan membayar perusahaan lain untuk menjadikan Search sebagai default karena saat ini. “perusahaan teknologi besar sedang berinvestasi dan startup sedang menerima ratusan miliar dolar modal. Untuk mengembangkan produk AI generatif yang dapat mengancam dominasi pencarian tradisional.”

Menteri Kebudayaan Apresiasi Gubernur Koster Dukung CHANDI Summit 2025, Percaya Budaya dan Tradisi Terus Tumbuh di Bali

Shares: