Gianyar, InsertBali – Anak-anak SD dan SMP di Desa Adat Silungan, Desa Lodtunduh, Kecamatan Ubud, Gianyar, mulai dibekali keterampilan menari dan megambel sebagai bagian dari upaya pelestarian seni budaya Bali sejak dini. Latihan perdana digelar di Wantilan Pura Desa & Puseh pada Minggu (30/11) pagi.
Sejak matahari terbit, suasana pura tampak semarak oleh tawa dan energi puluhan anak yang datang bersama orang tua mereka. Sekitar 50 anak perempuan dan lebih dari 40 anak laki-laki terlihat antusias memegang alat tabuh serta mengikuti gerakan tari dasar yang dicontohkan para instruktur.
Sekretaris Desa Adat Silungan, Dewa Made Adi Wisma, mengatakan kegiatan ini menjadi langkah awal menumbuhkan kembali minat generasi muda terhadap seni budaya Bali.
“Desa adat bertanggung jawab menyediakan ruang, dukungan, dan fasilitas agar generasi penerus tumbuh dengan karakter budaya yang kuat. Ke depan kami berencana membentuk sanggar seni berkelanjutan,” jelasnya.
Selain meningkatkan kemampuan, kegiatan ini juga diarahkan agar anak-anak dapat ngayah saat piodalan, baik di lingkungan Desa Adat Silungan maupun pura-pura lainnya di Desa Lodtunduh. Bahkan dalam upacara wali besar di Pura Sad Kahyangan, mereka akan dilibatkan dalam tabuh dan tari.
Pihak desa kini menyusun rencana lanjutan berupa jadwal penampilan seni di sejumlah titik seperti Wantilan Alas Arum, Puspa Aman, hingga hotel-hotel di kawasan desa wisata Lodtunduh.
“Dengan jadwal yang terstruktur, anak-anak akan memiliki motivasi untuk terus berlatih. Mereka juga kita siapkan tampil di sektor pariwisata,” ujarnya.
Latihan perdana ini dipilih bertepatan dengan Hari Raya Kuningan dan Piodalan Pura Desa & Puseh, sekaligus setelah berakhirnya masa liburan sekolah. Selanjutnya latihan akan digelar rutin setiap Sabtu–Minggu dan hari libur sekolah untuk mengurangi kebiasaan bermain gawai secara berlebihan.
Sementara itu, Wantilan Pura Alas Arum direncanakan menjadi tempat latihan utama karena memiliki fasilitas lengkap, termasuk perangkat Gong Semar Pegulingan.
Lebih jauh, Dewa Made Adi Wisma menekankan manfaat sosial dan masa depan yang dapat diraih anak-anak melalui kegiatan ini.
“Mereka membangun kebersamaan, saling mengenal meski sekolah berbeda, dan memiliki dasar seni yang akan berguna untuk pendidikan maupun peluang kerja di kemudian hari,” jelasnya.
Desa Adat Silungan menegaskan komitmen menjaga keberlanjutan program pembinaan ini agar generasi muda tidak hanya mampu menari dan menabuh, tetapi juga memahami nilai ngayah, menyama braya, serta jati diri budaya Bali sebagai warisan leluhur.



















