Denpasar – Stunting atau kondisi gagal tumbuh kembang pada anak hingga saat ini masih menjadi perhatian bagi seluruh pimpinan daerah. Secara menyeluruh, menurut hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita yang mengalami stunting di Indonesia tercatat 24,4% pada tahun 2021, dan turun menjadi 21,6% di tahun 2022. Percepatan penurunan stunting terus di upayakan pemerintah bekerjasama dengan stakeholder terkait termasuk masyarakat dan mitra terkait. Hal tersebut tercetus dalam Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2023, di Harris Hotel, Senin (6/2).
Acara tersebut menghadirkan Deputi Pengendalian Penduduk RI tentang Kampung KB, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Bali tentang Refleksi Pelaksanaan Kerja dan Sionkronisasi Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2022 dan Rencana Program Pemantauan dan Evaluasi Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2023, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali tentang Rencana Aksi, Implementasi, intervensi Spesifik dan Intervensi Sensitif Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2023 di Provinsi Bali dan Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Provinsi Bali tentang Perencanaan, Pemantauan dan Evaluasi Program Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2023.
Dengan mengangkat tema “Peningkatan Sinergitas dan Kolaborasi Pencapaian Program Bangga Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting di Provinsi Bali. Kegiatan ini dilakukan untuk mewujudkan penguatan komitmen dan peran pemerintah daerah serta nitra kerja dalam peningkatan akses kualitas pelayanan, penggerakan program bangga kencana dan pencapaian percepatan penurunan stunting”, diharapkan mampu meningkatkan komitmen pemerintah provinsi, kabupaten kota serta para mitra dalam mendukung program Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana) dan percepatan penurunan stunting, merumuskan rencana kerja, rencana aksi kegiatan prioritas pencapaian sasaran program bangga kencana dan percepatan penurunan stunting, optimalisasi peran serta lintas sektor yang terkait dalam percepatan penurunan stunting melalui berbagai program yang ditetapkan.
Berdasarkan PERPRES Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting di amanatkan bahwa angka stunting di Indonesia harus turun menjadi 14 %. Hasil SSGI Bali berada pada angka 8.0% tingkat stunting yang meru[pakan tingkat terendah di Indonesia.
Inspektur Utama BKKBN Republik Indonesia Ari Dwikora Tono yang hadir langsung mengatakan bahwa masih banyak yang harus dibenahi, salah satunya melakukan akselerasi dan kolaborasi inovatif dengan mengadopsi pendekatan ventahelik yakni perpaduan unsur pemerintah, masyarakat, akademisi, pengusaha dan media harus dapat di sinergikan untuk membangun program Bangga Kencana secara bergotong royong, dalam upaya untuk mencapai sasaran strategis program Bangga Kencana sesuai tercantum dalam rencana strategis BKKBN 2020-2024, yakni menurunkan angka kelahiran total menjadi 2,1% di tahun 2024 kemudian meningkatkan prevalensi pemakaian kontrasepsi modern menjadi 63,41% di tahun 2024, menurunkan kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi menjadi 7,4%, menurunkan angka kelahiran oleh remaja usia 15-19 tahun menjadi 18% serta meningkatkan indeks pembangunan keluarga (Ibangga) menjadi 61% tahun 2024.
Dijabarkan pula Dalam perencanaan penurunan stunting di Bali tahun 2022 sudah bisa menurunkan stunting sebanyak 2,9% dari 10,9% ditahun 2021 dan menjadi 8,0% tahun 2022. ” Kemudian ditetapkan target untuk tahun 2024 di angka 6,15% berarti kan turun 1,9%. Kalau dibandingkan kinerja kita pada tahun 2021-2022, kita bisa menurunkan 2,0%, kita diberikan target 1,9% dan ini saya anggap sangat dimudah dilakukan, dimana tahun lalu kita sedang menghadapi pandemi Covid-19 dan mampu mencapai angka yang ditargetkan”, terang Sekda provinsi Bali Dewa Made Indra.