Denpasar – Setelah melalui proses panjang, Monumen Perjuangan Puputan Badung akhirnya akan diresmikan pada Jumat, 14 November 2025. Uniknya, peresmian monumen yang berdiri megah di Lapangan Puputan I Gusti Ngurah Made Agung, Denpasar, ini tidak dilakukan pada Hari Pahlawan (10 November). Melainkan bertepatan dengan upacara Sugihan Bali — hari suci yang memiliki makna penyucian diri dan alam semesta.
Peresmian akan dilakukan langsung oleh Wali Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara, yang menandai dibukanya akses publik. Untuk menikmati karya monumental sarat nilai sejarah dan budaya perjuangan rakyat Bali tersebut.
Pertimbangan Dewasa Ayu: Momentum Sakral dan Bermakna
Kepala Bidang Tata Lingkungan dan Pertamanan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Denpasar, Ida Ayu Widhiyanasari, menjelaskan. Bahwa penentuan tanggal peresmian monumen telah melalui kajian mendalam dari sisi niskala dan sekala.
“Secara dewasa ayu, waktu yang baik untuk melaksanakan upacara peresmian adalah bertepatan dengan Sugihan Bali. Jika melewati Hari Raya Galungan, kurang baik secara niskala, apalagi di lokasi ini juga terdapat Pelinggih Indra Blaka,” ungkapnya.
Menurut Widhiyanasari, hingga kini tahap akhir yang dilakukan adalah upacara melaspas, pembersihan area, dan perbaikan kecil sebelum monumen dibuka untuk umum.
“Kini sudah rampung dan masih dalam masa pemeliharaan proyek selama enam bulan sesuai ketentuan pekerjaan bangunan permanen. Penyerahan fisik juga telah dilakukan pada Sabtu (8/11) kemarin,” jelasnya.
Rambu dan Akses Pengunjung Segera Disempurnakan
DLHK Denpasar juga memastikan bahwa sejumlah rambu penunjuk arah dan informasi pengunjung akan segera dipasang. Langkah ini menjadi bagian dari tanggung jawab Pemerintah Kota Denpasar untuk memastikan kenyamanan dan keamanan pengunjung Monumen Perjuangan Puputan Badung setelah diresmikan.
“Kami sedang menyelesaikan penambahan rambu penunjuk arah. Ini bagian dari tahap akhir agar masyarakat bisa menikmati kawasan monumen secara tertib,” tambah Widhiyanasari.
Monumen Sejarah yang Menjadi Ruang Edukasi dan Seni
Selain sebagai ikon sejarah perjuangan rakyat Bali, Monumen Puputan Badung juga diharapkan berfungsi sebagai ruang edukatif dan estetis. Pemerintah Kota Denpasar menargetkan monumen ini menjadi pusat kegiatan sejarah, seni, dan kebudayaan bagi masyarakat, pelajar, hingga seniman lokal.
“Kami ingin pelan-pelan mendidik masyarakat agar bisa menikmati keindahan karya seni dan sejarah tanpa merusaknya. Ini bagian dari edukasi berkelanjutan untuk menjaga apa yang telah dibangun bersama,” ujarnya.
Simbol Semangat Puputan dan Identitas Denpasar
Peresmian Monumen Perjuangan Puputan Badung pada momen Sugihan Bali menjadi simbol harmoni. Antara semangat perjuangan leluhur dan nilai spiritual masyarakat Bali. Monumen ini diharapkan tak hanya menjadi penanda sejarah Puputan Badung 1906. Tetapi juga ikon kebanggaan baru bagi Kota Denpasar sebagai pusat budaya dan peradaban Bali.
Dengan perpaduan arsitektur artistik, nilai sejarah yang mendalam, dan penataan lingkungan hijau yang asri. Monumen ini akan memperkuat citra Denpasar sebagai kota berbudaya, bersejarah, dan berkelanjutan.



















