DENPASAR – Provinsi Bali kembali menegaskan posisinya sebagai ujung tombak devisa pariwisata nasional. Dalam kunjungan kerja bertema “Diplomasi Budaya dan Pembangunan Lestari”, Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI meminta agar pemerintah pusat memberikan perhatian khusus terhadap Bali. Mengingat besarnya kontribusi Pulau Dewata terhadap ekonomi nasional.
Bali, Kontributor Utama Devisa Pariwisata Nasional
Dalam pertemuan yang digelar di Gedung Sabha, Jayasabha, Denpasar, Kamis (23/10), Gubernur Bali Wayan Koster memaparkan bahwa Bali menyumbang lebih dari 53 persen devisa pariwisata nasional. Pada tahun 2024, devisa pariwisata Bali mencapai Rp167 triliun dari total nasional Rp312 triliun. Angka ini membuktikan bahwa Bali bukan hanya ikon wisata dunia, tetapi juga tulang punggung perekonomian pariwisata Indonesia.
“Bali kecil, tapi khasiatnya besar. Kami mohon perhatian yang sepadan dari pemerintah pusat,” ujar Wayan Koster di hadapan Ketua BKSAP DPR RI, Mardani Ali Sera, dan jajaran anggota yang hadir.
Hingga Oktober 2025, tercatat 5,7 juta wisatawan mancanegara telah berkunjung ke Bali. Dan jumlah itu diperkirakan menembus 7 juta wisatawan pada akhir tahun.
Rata-rata spending money wisatawan di Bali bahkan mencapai 1.630 dolar AS per orang. Jauh di atas rata-rata nasional—menunjukkan posisi Bali sebagai destinasi premium dunia.
BKSAP DPR RI: Bali Butuh Perlakuan Khusus
Ketua BKSAP DPR RI, Mardani Ali Sera, menegaskan bahwa Bali memiliki nilai strategis dalam diplomasi budaya dan pariwisata Indonesia. Menurutnya, regulasi dan kebijakan pusat harus memperkuat eksistensi serta kelestarian budaya Bali.
“Kami sangat mendukung kekhususan Bali dengan aturan yang melindungi budaya dan lingkungannya. Bali bukan hanya indah, tapi juga simbol diplomasi budaya Indonesia,” kata Mardani.
Sementara itu, Irene Yosiana, anggota BKSAP dan Komisi V DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, menyoroti perlunya pembangunan pariwisata berkelanjutan di Bali.
“Sekitar tujuh persen dari total devisa nasional berasal dari Bali. Namun, investasi asing sering menyulitkan masyarakat lokal. Kami ingin arah pariwisata Bali berpihak pada rakyat dan berkelanjutan,” ujarnya.
Tantangan Infrastruktur dan Ketimpangan Fiskal
Meskipun kontribusinya besar terhadap devisa pariwisata nasional, Gubernur Koster mengungkapkan sejumlah tantangan serius yang masih dihadapi Bali, mulai dari keterbatasan infrastruktur, pengelolaan sampah, hingga ketimpangan fiskal antara kontribusi Bali dan alokasi anggaran pusat.
“Kalau infrastruktur tidak memadai, daya saing Bali bisa kalah dari Malaysia atau Thailand. Karena itu kami terus membenahi transportasi dan pengolahan sampah, termasuk pembangunan waste to energy,” jelas Koster.
Konsep Ekonomi Kerthi Bali: Budaya Sebagai Hulu Pembangunan
Dalam arah kebijakan pembangunan daerah, Wayan Koster menekankan konsep Ekonomi Kerthi Bali yang berlandaskan alam, manusia, dan budaya. Melalui konsep ini, pemerintah daerah mendorong transformasi menuju pertanian organik, energi bersih, industri lokal berdaya saing. Serta pariwisata berbasis budaya dan lingkungan.
“Budaya adalah hulunya, pariwisata hilirnya. Kalau budaya dijaga, pariwisata akan datang dengan sendirinya. Kami ingin pembangunan Bali satu pulau, satu pola, satu tata kelola,” tegas Koster.
Branding Bali: Tidak Sekadar Promosi, Tapi Keberlanjutan
Ketua Bali Tourism Board (BTB), Ida Bagus Agung Partha Adnyana, menilai bahwa Bali tidak memerlukan promosi besar-besaran, melainkan strategi branding yang menonjolkan kelestarian budaya dan lingkungan.
“Bali tidak perlu promosi besar, tapi perlu menonjolkan isu sustainability. Itu yang membuat pariwisata Bali tetap relevan di mata dunia,” ujarnya.
Sinergi Pusat dan Daerah untuk Pembangunan Berkelanjutan
Kunjungan kerja BKSAP DPR RI ke Bali ini diharapkan menjadi langkah nyata memperkuat diplomasi budaya Indonesia sekaligus membuka ruang sinergi antara pemerintah pusat dan daerah.
Tujuannya, memastikan pembangunan berkelanjutan di Bali tidak hanya menjaga reputasinya sebagai destinasi wisata dunia. Tetapi juga sebagai simbol harmoni antara alam, manusia, dan budaya.
Bali Tuan Rumah Perdana Parade Seni Budaya Nusantara 2025, Panggung Keberagaman Indonesia



















