BKPM Dorong Investasi Sektor Farmasi dan Kesehatan di Bali Lewat KEK Sanur

DENPASAR – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM membuka peluang investasi baru di Bali yakni di Kawasan ekonomi (KEK) Sanur. Khususnya di sektor farmasi, industri pembangunan rumah sakit, dan ekonomi kreatif. Langkah ini dilakukan untuk menggeser dominasi investasi dari sektor tersier seperti hotel dan restoran, yang selama ini mendominasi realisasi penanaman modal di Pulau Dewata.

“Itu yang akan kami tawarkan agar investor tidak hanya masuk di sektor tersier,” ujar Dedi Latip, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, dalam pembukaan Bali Jagadhita 2025, Senin (2/6), di Denpasar.

KEK Kesehatan Sanur Jadi Lokomotif Baru Investasi di Bali

Peluang investasi tersebut diarahkan untuk masuk ke dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan Sanur. Yang merupakan KEK kesehatan pertama di Indonesia. Lokasi ini diharapkan mampu menjadi pusat pengembangan industri kesehatan terintegrasi. Termasuk layanan rumah sakit bertaraf internasional, industri farmasi, dan wellness tourism.

BKPM menegaskan bahwa KEK Sanur siap menampung berbagai bentuk investasi berkelanjutan yang sesuai dengan prinsip ekonomi hijau dan ramah lingkungan. Selaras dengan tren global dan tuntutan investasi saat ini.

Tren Investasi Bali: PMA Dominan, Sektor Tersier Masih Kuasai

Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi di Bali pada tahun 2024 mencapai Rp36,5 triliun, terdiri dari: PMA (Penanaman Modal Asing): Rp24,21 triliun dan PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri): Rp12,31 triliun

Sedangkan pada triwulan I-2025, realisasi investasi sudah mencapai Rp12,26 triliun, dengan PMA sebesar Rp7,70 triliun dan PMDN Rp4,55 triliun.

Namun demikian, hampir 30% investasi masih berpusat di sektor hotel dan restoran, diikuti perumahan dan kawasan industri (24%), serta jasa lainnya (15%).

“Kami ingin menarik investor yang bisa mendukung hilirisasi dan penguatan sektor industri nyata, bukan hanya sektor konsumtif,” ujar Dedi.

Gubernur Bali Tegaskan Pentingnya Tata Ruang dan SDM Lokal di KEK Sanur

Di kesempatan berbeda, Gubernur Bali Wayan Koster mengingatkan pentingnya seleksi ketat terhadap masuknya investasi di Bali. Ia menekankan bahwa investasi harus menghormati tata ruang, budaya lokal, serta mengutamakan tenaga kerja dan pelaku usaha lokal.

“Kami tengah giat memberdayakan sumber daya lokal, agar pembangunan ekonomi berpihak pada masyarakat Bali sendiri,” ujarnya di sela acara Pameran Bisnis Bali Jagadhita 2025.

Ia menyebut bahwa penguatan ekonomi Bali harus berbasis pada produk unggulan ekspor berbasis budaya dan alam. Seperti Garam tradisional, Kopi organik, Kerajinan tangan berbasis budaya

Bali Jagadhita 2025 Usung Investasi Hijau dan Berkelanjutan

Pameran Bali Jagadhita 2025 yang berlangsung sepanjang Juni–Juli tahun ini mengangkat tiga fokus utama.  Perdagangan, investasi, dan pariwisata, dengan pendekatan ekonomi hijau dan berkelanjutan.

Ajang ini menjadi platform strategis untuk promosi potensi investasi Bali sejak pertama kali digelar pada 2020. Pemerintah optimis Bali tetap menjadi destinasi investasi utama di Indonesia, khususnya setelah berhasil bangkit dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi.

Pertumbuhan Ekonomi Bali Melejit

Mengacu data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan I-2025 mencapai 5,52%, lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan nasional sebesar 4,87%. Hal ini menjadi indikator bahwa Bali semakin pulih dan siap menjadi pusat investasi berkelas dunia dengan fondasi ekonomi lokal yang kuat.

BI Bali dan ASITA Luncurkan Paket Wisata QRIS Cross Border, Dorong Digitalisasi Pariwisata dan UMKM Bali

Shares: