DENPASAR – Umat Hindu di Bali setiap 210 hari sekali memperingati Tumpek Wariga, sebuah hari suci untuk menghormati dan menjaga kelestarian alam. Khususnya tumbuh-tumbuhan. Perayaan ini menjadi bentuk rasa syukur kepada Tuhan dalam manifestasi-Nya sebagai Sang Hyang Sangkara. Dewa yang berkuasa atas tumbuh-tumbuhan dan segala kehidupan hijau di bumi.
Waktu Pelaksanaan Tumpek Wariga
Tumpek Wariga dirayakan setiap 210 hari atau enam bulan sekali menurut penanggalan Bali, tepatnya pada hari Saniscara (Sabtu) Kliwon wuku Wariga.
Hari suci ini juga dikenal sebagai hari ke-25 sebelum Hari Raya Galungan, menandai masa persiapan spiritual menuju perayaan besar tersebut.
Selain disebut Tumpek Wariga, hari raya ini juga dikenal dengan nama lain seperti Tumpek Uduh, Tumpek Pengarah, atau Tumpek Bubuh. Tergantung pada tradisi dan penyebutan di wilayah masing-masing di Bali.
Makna dan Tujuan Perayaan
Wujud Syukur kepada Alam
Hari ini menjadi momentum umat Hindu untuk berterima kasih atas anugerah alam. Terutama tumbuh-tumbuhan yang memberikan oksigen, pangan, dan bahan kehidupan bagi manusia.Pelestarian Lingkungan Hidup
Hari suci ini juga menjadi bentuk implementasi nilai Tri Hita Karana, yaitu menjaga keseimbangan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan. Melalui perayaan ini, umat diingatkan untuk menyayangi, menanam, dan melestarikan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya.Simbol Harapan dan Keharmonisan
Umat Hindu percaya bahwa dengan memberikan persembahan kepada tumbuhan, terutama yang berbuah dan berbunga. Maka tanaman tersebut akan tumbuh subur dan menghasilkan panen melimpah menjelang Hari Raya Galungan.
Tradisi dan Upacara Tumpek Wariga
Persembahan Bubur (Bubuh)
Tradisi utama dalam Tumpek Wariga adalah menghaturkan bubur atau bubuh kepada pohon dan tumbuhan. Bubur ini disimbolkan sebagai wujud kasih sayang dan rasa terima kasih manusia kepada alam.Pantun Harapan untuk Tumbuh-Tumbuhan
Saat memberikan persembahan, umat biasanya mengelus batang pohon sambil mengucapkan pantun atau doa khusus. Berisi harapan agar pohon tersebut tumbuh subur dan berbuah lebat.Pantangan Menebang dan Memetik
Pada hari ini, masyarakat dilarang menebang pohon atau memetik hasil tanaman sebagai bentuk penghormatan kepada tumbuh-tumbuhan yang sedang “disucikan”.
Pesan Lingkungan dari Tumpek Wariga
Makna spiritual Tumpek Wariga kini juga dikembangkan menjadi gerakan nyata untuk pelestarian alam dan penghijauan Bali. Pemerintah Provinsi Bali di bawah Gubernur Wayan Koster bahkan menjadikan Rahina ini sebagai momentum pelaksanaan Gotong Royong Semesta Berencana, berupa penanaman pohon dan bersih-bersih sungai serentak di seluruh Bali.
Melalui perpaduan antara ritual dan aksi nyata, Tumpek Wariga menjadi simbol keseimbangan antara spiritualitas, budaya, dan lingkungan hidup — cerminan keharmonisan yang menjadi jiwa dari Bali Era Baru.