Buleleng – Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta, menegaskan pentingnya peran sulinggih sebagai pelita zaman dan penjaga spiritualitas Hindu Bali di era modern. Hal tersebut ia sampaikan saat menghadiri upacara Madiksa Rsi Yadnya Bali di Griya Taman Sri Wandira Giri Asrama, Banjar Celuk, Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Buleleng, Senin (9/6/2025).
Madiksa Rsi Yadnya di Bali, Simbol Perjalanan Spiritual Menuju Kesucian
Acara Madiksa ini diikuti oleh Ida Bhawati Pasek I Gede Putu Budi Utama dan Ida Bhawati Pasek Istri Ni Wayan Ruji sebagai wujud transformasi spiritual menuju kehidupan sulinggih. Giri Prasta, yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Alit MGPSSR Bali, menyampaikan bahwa upacara ini adalah bagian penting dari pembinaan rohani Hindu Dharma. Ia menekankan empat nilai utama dalam Catur Bandana Dharma, yaitu:
Amari Wesa (etika berbusana suci)
Amari Aran (pemberian nama suci)
Amari Sesana (perubahan perilaku sesuai sastra)
Maguru Susrusa (pengabdian kepada guru spiritual)
“Sulinggih bukan hanya simbol, mereka adalah pelita zaman, penerang spiritual umat Hindu Bali di tengah gempuran modernitas,” tegasnya.
Jati Diri Pasek: Subhakti, Saling Sumbah, Masidikara, dan Saling Parid
Dalam momen penuh makna tersebut, Giri Prasta juga menyampaikan pesan mendalam kepada semeton Pasek untuk selalu menjaga jati diri spiritual dan budaya. Ia menyampaikan konsep “Pasek Sejati”, yang mencerminkan nilai-nilai luhur:
Subhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa
Saling sumbah karena satu leluhur (Hyang Kawitan)
Masidikara (sama rata dan saling menghormati)
Saling parid (berbagi kebahagiaan dalam kesederhanaan)
“Satu gelas kopi bisa berbagi, itulah semangat saling parid dalam kePasekan,” ujarnya menggugah semangat kebersamaan.
MGPSSR Buleleng Dorong Pendidikan dan Layanan Keumatan
Ketua MGPSSR Buleleng, Gede Sumenasa, melaporkan bahwa hingga kini sudah ada 72 calon sulinggih yang madiksa. Dengan prediksi mencapai 75 pasang dalam waktu dekat. Ia juga memaparkan rencana pembangunan krematorium adat di kawasan Banyu Alit untuk mendukung layanan keagamaan yang layak dan sesuai dengan nilai lokal Bali.
PHDI Tegaskan Pentingnya Tahapan Madiksa Rsi Yadnya Bali
Ketua PHDI Buleleng, Gede Made Metere, menekankan bahwa tahapan Diksa adalah bagian dari perjalanan spiritual yang wajib ditempuh oleh pemangku Hindu. Ia menyebut sistem Diksa yang diatur oleh MGPSSR sebagai yang paling sistematis di Bali. Dimulai dari pendidikan pemangku dasar hingga pengesahan sulinggih.
“Jika belum sempat diksa semasa hidup, tradisi leluhur telah menyediakan prosesi Ngaskara saat ngaben sebagai penyucian spiritual yang setara,” ungkapnya.
Simbol Pelestarian Budaya di Tengah Zaman Modern
Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Bali juga menyerukan pentingnya pelestarian adat, budaya, dan tradisi Bali. Ia menilai bahwa investasi spiritual seperti Rsi Yadnya adalah bentuk nyata dari warisan budaya untuk anak cucu Bali.
Upacara ini turut dihadiri oleh Bupati Buleleng Nyoman Sutjidra, Dandim 1609 Letkol Kav Angga Nurdyana, tokoh masyarakat. Serta ditandai dengan penyerahan SK Izin Madiksa dari PHDI Kabupaten Buleleng kepada kedua Bhawati.