Predator: Badlands (2025) Pecahkan Rekor Pembukaan, Hadirkan Perspektif Baru Sang Yautja

LOS ANGELES – Predator: Badlands resmi meluncur di bioskop Amerika Serikat pada 7 November 2025 dan langsung mencetak sejarah baru bagi waralaba Predator. Film terbaru yang digarap Dan Trachtenberg—sutradara Prey (2022)—ini menjadi film Predator pertama yang berating PG-13, sekaligus mencatat pendapatan pembukaan terbesar dalam franchise dengan US$40 juta. Dibintangi Elle Fanning dan Dimitrius Schuster-Koloamatangi, Predator: Badlands membawa pendekatan segar dengan menempatkan penonton langsung dari sudut pandang bangsa Yautja, sekaligus memperluas koneksi dunia Alien lewat kehadiran Korporasi Weyland-Yutani.

Film ini mendapatkan respon positif dari kritikus, memperoleh 85% di Rotten Tomatoes serta CinemaScore A-, nilai terbaik dalam sejarah franchise.

Sinopsis Panjang: Perjalanan Dek dalam Memburu Kalisk di Planet Genna

Predator: Badlands mengambil latar masa depan di sebuah planet ekstrem bernama Genna, yang dikenal sebagai death planet karena ekosistemnya dipenuhi makhluk mematikan dan kondisi alam yang brutal. Planet ini menjadi ladang ujian terakhir bagi para Yautja muda yang ingin membuktikan diri.Tokoh utama film, Dek (Dimitrius Schuster-Koloamatangi), adalah seorang Yautja muda yang diasingkan dari klannya. Ia dipandang lemah dan belum layak menyandang gelar pemburu terhormat setelah gagal dalam ritus inisiasi. Terlebih lagi, ayahnya—seorang Elder terkemuka—telah mencabut pengakuan terhadapnya.

Dalam usahanya menebus aib tersebut, Dek memilih menjalani misi mustahil: memburu Kalisk. Makhluk apex predator yang mampu beregenerasi dan terkenal sebagai salah satu entitas paling berbahaya yang pernah dihadapi Yautja. Saat menjalani perburuan, Dek bertemu Thia (Elle Fanning), sebuah android sintetik rusak dari Korporasi Weyland-Yutani, yang terdampar di Genna setelah misi korporasi yang gagal. Meski awalnya saling mencurigai, keduanya membentuk aliansi rapuh.

Thia menawarkan pengetahuan dan akses untuk menemukan sarang Kalisk, sementara Dek memberi perlindungan fisik. Dan jaminan bahwa ia dapat mengantarkan Thia keluar dari planet itu.Keduanya kemudian menelusuri gurun toksik, hutan logam yang diselimuti badai magnetik, hingga reruntuhan fasilitas Weyland-Yutani yang menyimpan rahasia gelap. Dalam prosesnya, film menggali dinamika unik ala “buddy-cop” antara Yautja dan android, menghadirkan momen jenaka, emosional, dan tegang dalam porsi seimbang.

Konflik memuncak saat Dek akhirnya menghadapi Kalisk—monster berotot yang hampir mustahil dibunuh. Sementara Thia menemukan fakta bahwa keberadaannya di Genna bukan sekadar kecelakaan, tetapi bagian dari eksperimen korporasi yang berkaitan dengan genetika Yautja.Pertarungan final bukan hanya adu kekuatan, tetapi juga pertarungan moral bagi Dek: apakah ia akan kembali ke klan sebagai pahlawan atau menciptakan jalan hidupnya sendiri.

Ulasan Film: Perspektif Baru yang Berani, Aksi Tetap Brutal Meski PG-13

Pendekatan Naratif Segar

Untuk pertama kalinya dalam franchise, Predator: Badlands mengambil sudut pandang Yautja secara mendalam. Trachtenberg menyajikan budaya, bahasa, dan ritual Yautja dengan porsi besar tanpa kehilangan unsur aksi yang menjadi ciri khas waralaba. Dek digambarkan sebagai karakter kompleks—bukan sekadar pemburu mematikan, tetapi individu yang rentan, ambisius, dan penuh konflik batin.

Chemistry Unik Dek & Thia

Pasangan protagonis yang tidak lazim, Yautja dan android Weyland-Yutani, menjadi kekuatan utama film. Elle Fanning tampil mencolok dengan karakter Thia yang misterius dan ironis, sementara Dimitrius Schuster-Koloamatangi membawa fisikalitas kuat serta emosionalitas yang mengejutkan. Interaksi keduanya menghadirkan humor gelap dan intrik yang menyegarkan.

Aksi Tetap Intens Meski PG-13

Meski rating PG-13 sempat menuai kekhawatiran, Badlands tetap menghadirkan:

  • koreografi pertempuran yang kreatif,

  • desain makhluk inovatif,

  • ketegangan konstan khas Predator.

Trachtenberg mengandalkan visual atmosferik dan ancaman psikologis daripada gore ekstrem, membuat film terasa lebih modern dan fokus pada survival.

Visual & Dunia Baru yang Memukau

Planet Genna dipresentasikan lewat sinematografi yang memadukan lanskap alien, warna kontras keras, dan desain makhluk unik. Genna menjadi karakter itu sendiri—sebuah tempat yang indah sekaligus mematikan.

Koneksi ke Semesta Alien

Tanpa merusak cerita stand-alone, kehadiran Weyland-Yutani membuka pintu menuju potensi crossover Predator x Alien di masa depan. Banyak easter-egg halus yang mengundang spekulasi para penggemar.

2.183 Peserta Magang Resmi Dilepas ke Jepang, Sekda Dewa Indra Ajak Jadi Duta Bangsa yang Disiplin dan Tangguh

Shares: